Tak Mengapa Menangis

Tahun ini, beberapa teman yang kukenal baik kehilangan orang yang mereka kasihi. Yang paling membuat sesak di dada adalah ketika seorang istri kehilangan suami dan anak-anak kehilangan ayahnya bahkan disaat mereka masih sangat membutuhkan sosok itu. Hampir tidak ada yang mempersiapkan diri untuk ditinggalkan, walaupun banyak orang yang meyakini bahwa semua orang akan pergi, namun tidak ada yang benar-benar siap untuk kehilangan.

Bagi sebagian suku, menangis bahkan meratap adalah hal yang wajar ketika menghadapi kematian orang yang mereka kasihi. Seperti suku Batak, mereka boleh menangis, menjerit dan berteriak mengungkapkan rasa sedihnya. Hal yang saya perhatikan dari kebiasaan ini adalah mereka lebih cepat lega dan puas mengungkapkan kesedihan hatinya. Namun hal ini dilarang dibeberapa suka dan ajaran.

“Jangan menangis.”

“Ngga boleh nangis.”

“Diamlah, jangan menangis.”

Saya sering mendengar kalimat ini ketika mendatangi rumah duka. Istri/suami dan anak-anak dari orang yang meninggal dilarang untuk menangis. Dianggap itu salah. Dianggap itu akan menghalangi langkah orang itu ke surga. Bahkan ada yang mengatakan, “Kalau sayang sama ayah/ibu, jangan menangis.”

Nah loh. Dia lagi sedih loh. Ditinggal ayahnya loh. Dia ngga akan ketemu lagi sama ayahnya. Ngga akan dipeluk lagi. Ngga akan dijemput lagi. Ngga akan dikasih uang lagi. Ayahnya pergi selamanya. Ngga jumpa-jumpa lagi. Terus dia ngga boleh menangis?

Dalam agama, menangis tidak dilarang selama kita tidak melakukannya dengan cara yang berlebihan, seperti meratap atau mengutuk takdir. Menangis secara alami adalah bagian dari perasaan cinta dan kehilangan, yang juga dapat menjadi bentuk doa bagi yang telah meninggal.

Artinya, menangis sebagai bentuk luapan emosi adalah hal yang sangat manusiawi dan tidak dilarang selama kita tetap menjaga sikap sabar dan tidak berlebihan.

Aku jelasin ya, kenapa kita perlu menangis saat berduka:

1. Melepaskan Emosi yang Terpendam

Menangis adalah cara tubuh untuk melepaskan perasaan yang terpendam. Ketika seseorang kehilangan orang yang sangat berarti, emosi seperti kesedihan, kekecewaan, rasa kosong, dan rasa kehilangan sering kali muncul secara tiba-tiba dan dalam intensitas yang sangat tinggi. Tanpa menangis, emosi tersebut bisa terpendam dan mengganggu keseimbangan mental kita.

Menangis memberi ruang untuk kita mengungkapkan perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Ini adalah langkah pertama untuk menerima kenyataan bahwa orang yang kita cintai sudah tiada. Dengan menangis, kita memberi izin pada diri kita untuk merasakan perasaan sedih tanpa rasa takut atau bersalah.

2. Proses Penerimaan yang Diperlukan dalam Berduka

Dalam psikologi, proses berduka (grieving) dikenal sebagai serangkaian tahap yang biasanya dimulai dengan penolakan, kemudian marah, tawar-menawar, depresi, dan akhirnya penerimaan. Menangis adalah bagian dari tahap-tahap ini, khususnya dalam fase depresi, di mana kita mulai menyadari kenyataan dan merasakan betapa dalamnya kehilangan tersebut.

Menangis membantu kita untuk menerima kenyataan tersebut. Tanpa menangis, kita mungkin akan menahan perasaan tersebut, yang justru dapat membuat proses berduka terasa lebih lama dan lebih sulit.

3. Menangis Membantu Proses Penyembuhan

Secara fisik, menangis melepaskan hormon stres seperti kortisol, yang bisa membantu tubuh untuk merasa lebih ringan setelah mengalami stres atau ketegangan emosional yang mendalam. Selain itu, menangis juga merangsang produksi endorfin, yang dapat meningkatkan suasana hati kita dan membuat kita merasa sedikit lebih baik setelah melepaskan air mata.

Dengan menangis, kita memberikan kesempatan bagi diri kita untuk sembuh. Proses penyembuhan ini membutuhkan waktu, dan menangis membantu tubuh dan pikiran untuk mengolah dan memproses kesedihan itu.

4. Menghormati Perasaan dan Kenangan

Menangis adalah bentuk penghormatan terhadap perasaan kita yang terdalam. Ketika kita menangis karena kehilangan seseorang, itu adalah cara kita untuk menghargai kenangan indah yang pernah ada bersama orang tersebut. Menangis juga bisa menjadi cara kita untuk merayakan cinta yang pernah kita miliki dengan orang yang telah pergi.

Dengan menangis, kita tidak hanya mengungkapkan kesedihan, tetapi juga memberi ruang untuk kenangan yang mungkin sulit untuk dipahami dengan kata-kata. Ini adalah bagian dari proses berduka yang sehat, karena kita membiarkan diri kita terhubung dengan perasaan cinta dan kehilangan, dan itu adalah langkah menuju penerimaan.

5. Menangis Mencegah Penolakan terhadap Emosi

Terkadang, kita merasa harus “kuat” dan menahan tangisan untuk menunjukkan bahwa kita bisa menghadapi kehilangan tanpa menunjukkan kelemahan. Namun, penolakan terhadap perasaan bisa memperburuk keadaan, menyebabkan stres emosional yang lebih besar di kemudian hari.

Menangis memungkinkan kita untuk menghadapi dan menerima perasaan yang muncul akibat kehilangan. Dengan menangis, kita tidak menahan perasaan kita, tetapi justru memberi ruang bagi kita untuk memahami dan memprosesnya, yang pada akhirnya akan memudahkan kita untuk menerima kenyataan.

6. Menangis Meningkatkan Kedekatan dengan Diri Sendiri

Menangis dapat membuat kita merasa lebih terhubung dengan diri sendiri. Saat kita menangis, kita memberi diri kita izin untuk merasa, untuk menerima kesedihan, dan untuk menghormati proses berduka. Ini adalah cara kita untuk mengatasi perasaan yang sering kali sulit dipahami dan mengarah pada penerimaan yang lebih dalam terhadap kehilangan.

Buatmu yang sedang berduka tidak apa menangis. Menangis tak membuatmu nampak lemah, itu manusiawi. Lepaskan beban hatimu dan jalani proses penyembuhan duka hatimu. Tuhan bukan tidak punya alasan menciptakan air mata dan tangis.

Menangislah… Sadari kalau kau sedang bersedih. Sadari kalau kau sedang berduka. Namun jangan berlarut-larut. Lanjutkan hidupmu.

Leave a Comment