STRES AKADEMIK

Di Indonesia, masalah kesehatan mental di kalangan anak-anak dan remaja semakin meningkat. Data dari Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2018) menunjukkan bahwa sekitar 9,8% remaja di Indonesia mengalami gangguan mental emosional, termasuk stres akademik, kecemasan, dan depresi.

Kali ini kita akan berbicara tentang stres akademik. Stres akademik menjadi salah satu masalah yang dialami oleh banyak siswa.  Anak mengalami stres akademik karena beberapa faktor, seperti beban tugas sekolah dan ujian yang berat, tuntutan orang tua dan guru yang tinggi, serta kebutuhan untuk mencapai prestasi akademik yang baik.

Pengertian Stres Akademik

Menurut Santrock, stres akademik merupakan tekanan yang dirasakan oleh siswa akibat tuntutan dalam lingkungan pendidikan, seperti harapan tinggi dari orang tua, tekanan untuk mendapatkan nilai baik, dan beban tugas yang berat. Faktor-faktor ini dapat memengaruhi kesejahteraan mental siswa, meningkatkan kecemasan, dan menurunkan kinerja akademik.

Dalam sebuah penelitan di Tiongkok, penyebab stres akademik dibagi dalam lima dimensi, yaitu:

  1. Self Expectation

Self-expectation muncul ketika siswa menetapkan standar atau harapan yang terlalu tinggi terhadap pencapaian akademiknya, sehingga menimbulkan tekanan berlebihan dan rasa cemas. Ketika siswa merasa gagal memenuhi ekspektasi yang mereka tetapkan sendiri, mereka cenderung mengalami stres, penurunan rasa percaya diri, dan bahkan kehilangan motivasi dalam belajar.

2. Workload

Stres akademik pada dimensi workload terjadi ketika siswa merasa terbebani oleh jumlah tugas, ujian, dan materi pembelajaran yang berlebihan dalam waktu yang terbatas. Beban akademik yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kelelahan fisik dan mental, menurunkan konsentrasi, serta meningkatkan kecemasan dalam menjalani proses belajar.

3. Despondency

Dimensi selanjutnya adalah despondency yaitu stres yang terjadi ketika siswa mengalami perasaan putus asa dan kehilangan motivasi akibat kesulitan dalam mencapai target akademik. Ketika upaya yang dilakukan tidak membuahkan hasil yang diharapkan, siswa dapat merasa tidak berdaya, kurang percaya diri, dan semakin tertekan dalam proses belajar.

4. Pressure from study

Stres akademik pada dimensi pressure from study muncul ketika siswa merasakan tekanan tinggi akibat beban materi yang banyak dan kompleks. Tekanan tersebut sering memicu kecemasan, kelelahan mental, serta mengganggu konsentrasi dalam belajar. Tekanan berasal dari harapan yang tinggi dari diri sendiri dan lingkungan sekitar.

5. Worry about Grades

Worry about grades atau kekhawatiran terhadap nilai muncul ketika siswa merasa terus-menerus tertekan oleh ekspektasi untuk meraih nilai tinggi dan ketakutan akan kegagalan. Kekhawatiran ini sering membuat mereka terpaku pada hasil akhir, sehingga mengalihkan perhatian dari proses belajar yang seharusnya menjadi pengalaman yang menyenangkan dan mendidik. Tekanan untuk selalu tampil sempurna tidak hanya berdampak pada kesehatan mental, tetapi juga menurunkan kepercayaan diri dan motivasi, yang pada akhirnya dapat mengganggu performa akademik mereka secara keseluruhan.

Gejala Stres Akademik

  1. Gejala Emosional

Perasaan cemas, gelisah, dan depresi sering muncul pada siswa yang mengalami stres. Hal ini muncul ketika siswa memikirkan hal yang berhubungan dengan akademik atau pendidikannya. Siswa terlihat mulai menunda-nunda tugas sekolah dan mulai malas pergi ke sekolah.

2. Gejala Fisik

Siswa mungkin mengalami sakit kepala, kelelahan, dan gangguan tidur. Akan muncul beberapa gangguan kesehatan secara fisik

Mengatasi Stres Akademik

Dalam mengatasi stres akademik, seorang anak membutuhkan bantuan dan dukungan dari orang lain, terutama dari orang tua dan guru. Anak tidak bisa menghindari tekanan akademik, terutama jika itu datang dari sekolah, namun seorang anak bisa dibantu untuk mengelola stres yang dia alami. Beberapa saran dibawah ini mungkin bisa membantu:

  1. Melakukan kegiatan lain, seperti berolahraga atau bermain musik di sela-sela jadual sekolah yang melelahkan. Berolahraga akan memberi rasa rileks pada tubuh yang akan membawa perasaan nyaman pada suasana hati.
  2. Saat ada beban akademik yang dirasa berat, ada baiknya didiskusikan dengan guru atau pihak yang bisa membantu. Misalnya seorang anak merasa stres dengan nilainya yang dirasa kurang untuk menggapai suatu target, si anak perlu berdiskusi dengan orang tua tentang tambahan les yang dia butuhkan,
  3. Melakukan konseling mungkin saja dibutuhkan seorang anak. Barangkali ada hal yang dia sembunyikan dari orang tua. Mungkin saja dia mengalami perundungan sehingga dia malas pergi ke sekolah.
  4. Perlu mengatur waktu antara kegiatan akademik dengan waktu untuk bersantai. Siswa juga butuh waktu untuk berlibur.
  5. Mind Maps. Anak boleh belajar mind maps untuk membantu dirinya. Dengan mind maps dia bisa mengurai masalah yang dia hadapi.
  6. Mindfulnes dan Jurnaling juga baik untuk menenangkan pikiran dan mengurangi rasa lelah.

Leave a Comment