Setiap kali bencana melanda: longsor, banjir bandang, tanggul jebol, selalu ada suara-suara yang mengatakan, “Tuhan sedang marah.” Ada juga yang menyebut, “Alam sedang murka.” Terus terang, aku lelah mendengar itu semua. Seolah-olah kita sedang mencari kambing hitam paling mudah, paling aman, paling jauh dari tanggung jawab manusia.
Menurutku Tuhan tidak sedang marah. Tuhan tidak sesadis itu.
Alam pun bukan makhluk yang pendendam. Alam tidak bangun suatu pagi lalu berkata, “Hari ini aku ingin menghancurkan rumah-rumah manusia.” Itu bukan cara kerja alam.
Yang turun itu hanya hujan.
Hujan yang seharusnya menjadi berkah, sumber kehidupan. Hujan yang datang bukan karena benci, melainkan karena bumi membutuhkan keseimbangannya. Bukankah Indonesia memang memasuki musim hujan setiap September hingga Desember? Dulu pun hujan turun berbulan-bulan dan tanah tetap tegar menahannya.
Kenapa?
Karena dulu, hutan masih berdiri. Akar-akar pohon menjaga tanah tetap utuh, menahan air agar tidak langsung mengalir dan menghantam permukaan tanpa kendali. Sungai-sungai masih punya ruang bernapas. Bukit-bukit belum digerogoti alat berat.
Tapi sekarang?
Hutan digunduli tanpa ampun. Bukit dikeruk seolah-olah tak ada hari esok. Pohon-pohon ditebang dan dijual, sementara masyarakat yang menggantungkan hidup pada lereng gunung dibiarkan berhadapan dengan risiko yang mereka sendiri tidak ciptakan. Ketika hujan turun, tanah yang kehilangan penopang runtuh. Tanggul tak mampu menampung air dan akhirnya jebol. Sungai yang dipersempit untuk kepentingan industri meluap tanpa peringatan.
Lalu kita menyebutnya “bencana alam”?
Padahal ini bencana ulah manusia.
Lebih tepatnya: bencana keserakahan manusia.
Yang lebih menyakitkan, mereka yang menyebabkan semua ini jarang sekali menjadi korban. Mereka yang punya kuasa dan uang, yang bisa memerintahkan alat berat naik ke gunung, yang bisa meneken izin pembalakan, yang dengan enteng berkata “pembangunan” merekalah yang tetap hidup nyaman. Sementara warga kecil, petani, buruh, keluarga-keluarga yang tinggal di kaki bukit harus mengungsi, kehilangan rumah, kehilangan nyawa.
Kadang hatiku penuh amarah.
Aku ingin bertanya: Mengapa kami yang harus menanggungnya? Kenapa bukan para pelakunya? Kenapa orang-orang yang merusak alam bisa tidur nyenyak, sementara ada keluarga yang malam ini tidur di tenda darurat dengan pakaian yang sudah tidak kering sejak tiga hari lalu?
Aku ingin protes. Ingin menuntut. Ingin berteriak bahwa ini tidak adil.
Tapi kepada siapa aku harus bicara? Kepada siapa harus meminta pertanggungjawaban?
Sampai hari ini, aku masih percaya bahwa alam tidak pernah berniat menyakiti manusia. Yang menyakiti manusia adalah manusia lain. Yang merusak alam, sehingga alam kehilangan kemampuannya melindungi kita adalah keputusan dan keserakahan manusia.
Jika ada yang harus bertanggung jawab, kita sudah tahu siapa mereka.
Dan sebelum mereka berubah, sebelum hutan kembali pulih, bencana-bencana seperti ini tidak akan berhenti. Tidak karena Tuhan marah, tetapi karena manusia tidak pernah belajar.
Harapku:
Semoga semesta, dengan caranya sendiri, memulihkan saudara-saudara kita yang menjadi korban. Memeluk luka mereka, menggantinya perlahan dengan kekuatan, dan menuntun mereka menuju hidup yang kembali aman, layak, dan penuh harapan.
IMELDA HUTAGALUNG CIHUY SKIBIDI GYAT
-SiaPudan
QQ88 – Hệ sinh thái cá cược hiện đại với hàng trăm trò chơi hấp dẫn. Giao dịch an toàn, hỗ trợ 24/7, ưu đãi khủng cho thành viên mới và người chơi lâu năm.
Alright, alright, jilievopk… Downloaded the app and gave it a spin (pun intended!). Found a few games that caught my eye. Worth a look if you’re on the hunt. Here’s the link: jilievopk
BK8BK8XO, I’ve seen this name popping up. Decided to give it a shot and am not disappointed. So far so good! Check em out!: bk8bk8xo
Yo, I just checked out prpwin and it’s pretty legit. Good vibes all around. Definitely worth a look. Check it out prpwin
Ấu dâm trẻ em