VIRGIN HALF MARATHON JAKIM

Dua tahun terakhir ini aku mulai mencintai olahraga lari. Sebelumnya, aku lebih suka nge-gym, jalan pagi minimal 10.000 langkah, kadang Zumba, kadang juga poundfit. Tapi dari semua itu, yang paling bertahan justru lari.

Memulai olahraga lari di usia 45 itu, jujur, nggak gampang. Tapi bukankah segala hal bisa dipelajari dan dilatih kalau kita mau? Yesss… karena pada dasarnya aku memang suka olahraga, belajar lari pun jadi tantangan yang seru. Mulai dari lari 1K, 2K, 3K, sampai akhirnya berani ikut race 5K. Ternyata menyenangkan! Apalagi kalau tujuannya cuma buat senang-senang, bukan mengejar personal best. Aku tahu diri. Umur udah bukan ABG lagi.

Setelah beberapa kali ikut 5K, di akhir 2024 aku berani daftar race 10K — Kaldera Run di Parapat. Medannya luar biasa naik-turun dan sangat melelahkan. Tapi aku berhasil finish strong, bahkan finish di urutan ke-4. Sayangnya, podium cuma sampai peringkat 3. Aman. Aku ini pelari senang-senang, bukan pelari podium. Hehe.

Lalu suatu hari, muncul di timeline IG: Jakarta International Marathon (JAKIM) bakal digelar 29 Juni 2025. Aku dan teman-teman langsung bersiap war tiket. War-nya melebihi war tiket konser Britney! Dan… dengan kepercayaan diri yang luar biasa, aku nekat klik tombol Half Marathon (HM). Lalu muncullah si tiket 21K di emailku. Glek.

Tiket itu jadi tantangan besar. Saat itu jarak lari terjauhku baru 10K. Aku harus latihan serius. Sejak itu aku lari 3–4 kali seminggu, target mingguan minimal 25 km. Aku juga mulai menjaga pola makan: mengurangi gula dan gluten.

Persiapan Pribadiku:

  1. H-2: Semua perlengkapan sudah siap – baju, celana, sepatu, kaos kaki, kacamata, running belt, topi, jam tangan.
  2. H-2: Sudah tiba di Jakarta, ambil race pack, adaptasi cuaca.
  3. H-1: Tidur maksimal jam 21.00.
  4. H-1: Makan secukupnya, jangan coba-coba menu baru biar nggak drama mules besoknya.
  5. Konsumsi vitamin seperti biasa.
  6. Siapkan 3–4 butir kurma untuk bekal lari.
  7. Hari-H: MANDI, pakai deodorant dan parfum banyak-banyak. Kita pelari, bukan pengganggu ketentraman aroma sekitar.

Race Day

Dan tibalah hari yang ditunggu: Virgin Half Marathon-ku!
Kami terbang ke Jakarta demi satu misi: finish 21K.

Pagi-pagi buta 29 Juni 2025, kawasan MONAS penuh lautan manusia. Badan Monas disulap jadi layar LED besar dengan tulisan “BTN Jakarta International Marathon” yang bergerak. Keren banget. Para pelari berdiri di gate masing-masing, dengan outfit andalan. Semua berusaha tampil kece tapi tetap nyaman.

Kilometer Demi Kilometer: Dari Semangat ke Selamat

Start pukul 05.00 pagi, tapi jam 04.00 kami sudah berada di MONAS. Suasana seperti festival! Lautan pelari memenuhi area start. Musik EDM menggelegar, MC menyemangati lewat mic, dan langit Jakarta perlahan mulai cerah. Rasanya deg-degan tapi juga excited.

Aku berdiri di gate B peserta Half Marathon (HM). Berikut adalah jumlah peserta yang resmi tercatat untuk BTN Jakarta International Marathon 2025 berdasarkan data dari Bank BTN dan Antara News:

  • Marathon (42,19 km): 4.000 pelari
  • Half Marathon (21 km): 13.000 pelari
  • 10K: 14.000 pelari

Total peserta: 31.000 orang.
Bayangin aja, lari bareng ribuan orang di tengah kota Jakarta yang biasanya macet—sekarang steril khusus untuk kami.

KM 1–10: Semangat 45

Di kilometer-kilometer awal, suasana masih euforia. Orang-orang lari santai, banyak yang sambil ngobrol atau bikin Insta story. Water station tersedia hampir setiap 2–3 km, lengkap dengan air mineral, isotonic, dan cheerleaders lokal.

Banyak juga supporter yang berdiri di pinggir jalan bawa papan lucu:

  • “Almost There! (Ya walau masih 18K lagi…)”
  • “You’re Not Dying. You Just Running.”
  • “Smile, You Paid to Do This!”

Aku sendiri masih nyaman di pace 7:45/km. Kaki ringan, napas stabil. Jalanan lapang, cuaca masih bersahabat. Dalam hati, “Ini sih bisa!”

KM 11–19: Ujian Sebenarnya Dimulai

Masuk kilometer 11, pelan-pelan badan mulai terasa. Bukan lutut, bukan kaki, tapi perut.
Perut anak Batak ini mulai meronta. Lapar, Kak! Lemas! Padahal sarapan sudah. Tapi mungkin energi udah terkuras dan belum sempat digantikan.
Kurma jadi penyelamat. Satu biji masuk mulut, kunyah pelan-pelan sambil jalan cepat. Dikit-dikit mulai pulih. Tapi tetap terasa… lari kali ini bukan cuma soal fisik, tapi juga mental.

Di kilometer 15, aku mulai berdoa. Di kilometer 17, aku mulai negosiasi sama diri sendiri:

“Yuk, lari 500 meter lagi… habis itu boleh jalan.”
“Lari sampai belokan itu aja ya… abis itu terserah kamu.”
“Oke, jalan dulu. Tapi jangan lama-lama, malu sama umur!”

KM 20–21.1: Finish Strong (atau Setidaknya, Finish Wangi)

Masuk KM 20, kaki masih bisa diajak kompromi. Tapi nafas dan niat kadang menipis. Untung suasana makin ramai. Penonton makin padat. Ada band akustik, ada tim marawis, ada yang teriak-teriak bawa toa, “SEMANGAT YAAA MBAK!”
Dan aku? Mbak-nya tersenyum tipis sambil ngelus dada.

Akhirnya, kelihatan juga garis FINISH. Panitia mulai arahkan peserta ke lorong akhir di GBK. Ada karpet merahnya sedikit, ada kamera juga.
Tiba-tiba semangat muncul entah dari mana. Kayak film: zoom in, slow motion. Aku lari—iya, lari lagi!—di 300 meter terakhir.

FINISH LINE: 21,1K RESMI!

Begitu menyentuh garis finish, rasa capek kayak ilang sejenak. Digantikan sama rasa tak percaya:

“GILA. AKU BARU AJA SELESAIIN HALF MARATHON.”

Medali dikalungkan oleh panitia. Air mineral langsung kuteguk. Mata mulai berair, tapi bukan karena sedih—tapi karena pencapaian ini nyata. Aku, pelari pemula di usia 45+, berhasil menuntaskan 21K di event sebesar JAKIM.


Catatan Penutup:

Virgin Half Marathon ini bukan sekadar soal jarak. Ini soal tekad. Soal tubuh yang diajak kerja sama. Soal pagi-pagi buta bangun bukan buat kerja, tapi buat mengejar garis finish. Dan yang paling penting: soal membuktikan bahwa kita selalu bisa mulai sesuatu, berapa pun usia kita.

Kalau kamu baca ini sambil mikir, “Kayaknya aku juga bisa deh…”
YA, KAMU BISA!

19 thoughts on “VIRGIN HALF MARATHON JAKIM”

Leave a Comment